Uli, itulah nama panggilan saat ini di kalangan keluarga dan rekan-rekanku. Saat-saat seperti ini, aku ingin bercerita tentang pilihan mamaku yang sangat tidak ku bayangkan. Mulai dari kisah remajaku hingga saat ini, ingin ku sharing ke kalian semua. Berharap kisah ini bisa menginspirasi dan bisa diambil hikmahnya.
Aku berasal dari keluarga sederhana, tinggal di sebuah
perkampungan namun masih ramai dengan masyarakat yang rata-rata masih keluarga
denganku, memiliki 5 saudara dan aku anak ke-empat juga merupakan anak pertama
perempuan. Mama dan Bapakku cukup memanjakanku, tetapi tidak dengan
saudara-saudaraku (sedikit complicated).
Aku mempunyai adik perempuan yang baik dan lucu, yang sangat kami sayangi dan
dialah anak terakhir dari kami semua. Namun sayangnya adik kecilku tidak bisa
melihat Bapakku karena saat itu beliau sudah meninggal dunia, hanya Mama yang
bisa kami andalkan di keluarga kami.
Saat remaja, aku menghabiskan waktu di rumah kakakku (di Kota). Kakakku memiliki 3 anak yang sudah ditinggal oleh Ibunya karena meninggal. Aku menjalani masa SMA di Kota tersebut sembari mengasuh anak-anak kakakku. Aku suka dengan berbagai jenis tren saat itu, mulai dari rambut hingga pakaian. Kakakku memfasilitasi segala keperluanku dengan syarat aku tidak boleh pacaran,dan aku meng-iya-kannya. Namun, dengan fisik yang mungkin biasa saja, ternyata bisa menarik hati beberapa laki-laki. Aku bahkan sempat berpacaran dengan beberapa orang tanpa diketahui oleh kakakku.
Saat remaja, aku menghabiskan waktu di rumah kakakku (di Kota). Kakakku memiliki 3 anak yang sudah ditinggal oleh Ibunya karena meninggal. Aku menjalani masa SMA di Kota tersebut sembari mengasuh anak-anak kakakku. Aku suka dengan berbagai jenis tren saat itu, mulai dari rambut hingga pakaian. Kakakku memfasilitasi segala keperluanku dengan syarat aku tidak boleh pacaran,dan aku meng-iya-kannya. Namun, dengan fisik yang mungkin biasa saja, ternyata bisa menarik hati beberapa laki-laki. Aku bahkan sempat berpacaran dengan beberapa orang tanpa diketahui oleh kakakku.
Setelah lulus SMA, aku melanjutkan sekolah ke salah satu
pendidikan kesehatan. Namun, aku sepertinya kurang memiliki passion di situ dan
akhirnya memutuskan untuk berhenti. Semua itu tidak mematahkan semangatku untuk
mencari kerjaan lain. Aku bahkan hijrah ke Kendari untuk bekerja. Sempat
bekerja dari toko satu ke toko lainnya. Hingga kakakku yang saat itu adalah PNS
(Pegawai Negeri Sipil) di salah satu instansi, mengajakku pulang untuk
mengikuti tes CPNS. Aku pun mengikuti tahap demi tahap di setiap tesnya. Tidak
jarang aku berdebat dengan kakakku karena aku ingin menikah, dan belum
diizinkan. Hingga suatu saat sempat frustasi dan tidak ingin melanjutkan CPNS.
Namun, mengingat masa depanku harus diperjuangkan, aku berusaha hingga bisa
lulus dan melupakan urusan menikah.
Alhamdulillah aku diterima menjadi PNS, dan di sinilah mamaku lebih overprotektif terhadapku. Beliau bahkan turun ke Kota untuk menjagaku. Di kala beliau bersamaku, aku tidak bisa berpacaran sembunyi-sembunyi lagi. Saudara-saudaraku menginginkan agar aku bisa menikah, namun belum ada hilal tentang jodohku. Satu per satu laki-laki datang menghampiri Mamaku untuk mendekatiku, dengan beragam cara, bahkan dari kalangan yang masih kelurga denganku. Waw! Ada yang membawa pakaian, makanan, sembako dan lain-lain, namun belum ada satu pun yang mamaku suka. Rata-rata mereka yang datang ke mamaku adalah orang kaya dan dari keluarga berada, tapi entah kenapa masih belum menarik hati mamaku.
Aku berusaha mencari laki-laki pilihanku sendiri yang semoga mamaku juga suka. Lalu, salah satu sahabatku cewek (dia sudah nikah namun belum punya anak) yang juga masih sepupuku, memperkenalkan temannya (salah satu rekan guru di sekolah tempat sepupuku bekerja). Aku pun iseng-iseng ingin lebih kenal. Namanya Adi, seorang guru olahraga yang tampangnya rupawan, namun ia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Umurnya beda setahun denganku, dia juga sosok yang sederhana, periang, perhatian dan banyak wanita yang mendekatinya, huft. Aku belum berani mengenalkannya ke keluargaku, karena berbagai alasan, mulai dari alasan broken home hingga keluarganya bukan dari keluarga bangsawan. Mengenalnya tidak terlalu lama, Pak Adi ingin mengenal keluargaku, aku pun terkejut dan agak kuatir. Dia kekeuh ingin bertemu mamaku, dan aku menceritakan kekuatiranku, takutnya dia akan ditolak karena alasan ini dan itu. Tetapi, yang ku liat sosok Adi ini adalah seorang yang tidak menyerah. Aku belum kenal dia seutuhnya, aku bahkan kuatir jika nanti nikah dengannya akan seperti apa kelurga kami, aku kuatir dia tidak punya tabungan untuk kami ke depan, aku kuatir aku kuatir....
Akhirnya aku memberanikan diri bercerita ke Mama kalau ada seseorang yang akan ku kenalkan ke beliau. Mamaku seperti biasa, beliau mau mengenal langsung. Dan ternyata benar, Adi datang ke rumah kakakku di Kota. Dia tidak membawa sesuatu apapun ke rumah, dengan kesederhanaan dia memperkenalkan diri, mulai dari pekerjaan hingga keluarganya. Dia disambut hangat oleh Mama, karena sosoknya yang periang dan humoris, namun kakakku sepertinya kurang sreg dengan Adi mungkin karena bukan berasal dari keluarga bangsawan. Tapi, mamaku tidak menunjukkan raut penolakan terhadap Adi. Mamaku meminta Adi datang ke rumah lagi, mungkin mamaku senang dengan Adi, semoga saja ya.
Alhamdulillah aku diterima menjadi PNS, dan di sinilah mamaku lebih overprotektif terhadapku. Beliau bahkan turun ke Kota untuk menjagaku. Di kala beliau bersamaku, aku tidak bisa berpacaran sembunyi-sembunyi lagi. Saudara-saudaraku menginginkan agar aku bisa menikah, namun belum ada hilal tentang jodohku. Satu per satu laki-laki datang menghampiri Mamaku untuk mendekatiku, dengan beragam cara, bahkan dari kalangan yang masih kelurga denganku. Waw! Ada yang membawa pakaian, makanan, sembako dan lain-lain, namun belum ada satu pun yang mamaku suka. Rata-rata mereka yang datang ke mamaku adalah orang kaya dan dari keluarga berada, tapi entah kenapa masih belum menarik hati mamaku.
Aku berusaha mencari laki-laki pilihanku sendiri yang semoga mamaku juga suka. Lalu, salah satu sahabatku cewek (dia sudah nikah namun belum punya anak) yang juga masih sepupuku, memperkenalkan temannya (salah satu rekan guru di sekolah tempat sepupuku bekerja). Aku pun iseng-iseng ingin lebih kenal. Namanya Adi, seorang guru olahraga yang tampangnya rupawan, namun ia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Umurnya beda setahun denganku, dia juga sosok yang sederhana, periang, perhatian dan banyak wanita yang mendekatinya, huft. Aku belum berani mengenalkannya ke keluargaku, karena berbagai alasan, mulai dari alasan broken home hingga keluarganya bukan dari keluarga bangsawan. Mengenalnya tidak terlalu lama, Pak Adi ingin mengenal keluargaku, aku pun terkejut dan agak kuatir. Dia kekeuh ingin bertemu mamaku, dan aku menceritakan kekuatiranku, takutnya dia akan ditolak karena alasan ini dan itu. Tetapi, yang ku liat sosok Adi ini adalah seorang yang tidak menyerah. Aku belum kenal dia seutuhnya, aku bahkan kuatir jika nanti nikah dengannya akan seperti apa kelurga kami, aku kuatir dia tidak punya tabungan untuk kami ke depan, aku kuatir aku kuatir....
Akhirnya aku memberanikan diri bercerita ke Mama kalau ada seseorang yang akan ku kenalkan ke beliau. Mamaku seperti biasa, beliau mau mengenal langsung. Dan ternyata benar, Adi datang ke rumah kakakku di Kota. Dia tidak membawa sesuatu apapun ke rumah, dengan kesederhanaan dia memperkenalkan diri, mulai dari pekerjaan hingga keluarganya. Dia disambut hangat oleh Mama, karena sosoknya yang periang dan humoris, namun kakakku sepertinya kurang sreg dengan Adi mungkin karena bukan berasal dari keluarga bangsawan. Tapi, mamaku tidak menunjukkan raut penolakan terhadap Adi. Mamaku meminta Adi datang ke rumah lagi, mungkin mamaku senang dengan Adi, semoga saja ya.
Singkat cerita, Adi ingin melamarku, aku kaget. Mamaku pun sudah setuju. Adi membawa keluarganya (Ibu dan adik laki-lakinya) ke rumah untuk melamarku. Aku kuatir dia akan dipersulit, dan ternyata benar. Adi diterima oleh keluargaku dengan syarat mahar yang melebihi normal, alasannya karena Adi melamar seorang gadis bangsawan. Sangat sedih. Adi pun menyanggupinya, aku kuatir dia tidak punya tabungan, namun ternyata di luar dugaan tabungan Adi sangat banyak Alhamdulillah, makanya aku senang dia menyanggupi mahar tersebut.
Adi menceritakan pengalaman bekerja dari satu daerah hingga daerah lain. Dia sosok pekerja keras dari ia kecil karena dia tidak mendapatkan perhatian dari seorang Bapak hingga mengharuskannya untuk bekerja demi keluarga. Alhamdulillah sosok sederhana yang bukan dari kelurga bangsawan ini, telah menikah denganku. Di awal pernikahan, aku masih tinggl di rumah mertua di kampung, bahkan hingga anak ketiga lahir masih tetap di kampung. Hingga akhirnya suami saya meminta untuk hijrah ke Raha dan kami sedikit demi sedikit membangun rumah hingga anak-anak kami sudah bisa bersekolah di Kota. Pernikahan kami dikaruniai enam orang anak yang Alhamdulillah menjadi sumber jatuh bangun hingga kebahagiaan kami saat ini. Walaupun banyak cobaan di keluarga kami, tapi kami tetap bahagia dengan kesederhanaan saat ini. Semoga anak-anak kami menjadi penolong kami di akhirat kelak. Aamiin.
Jazakumullah khoirđź’™