Bismillah.
Sudah lama
rasanya tangan ini tidak bercuap-cuap dengan blog kesayangan, semoga belum berdebu. Kali ini lebih ke random sih ya. Ada hal yang membuat saya
sesak di dada, apa lagi kalau bukan DOSA :') Well, bukan untuk mengukur seberapa berat dosa saya, seberapa
sering melakukan dosa atau mengingat dosa selama ini, bukan! Ada baiknya ku
sebut introspeksi diri.
Ada beberapa hal
yang tentunya sengaja atau tidak bisa begitu menggoda untuk dilakukan, terlebih
lagi pengendalian diri belum begitu maksimal. Bisa jadi Bapak dan adik cowok
yang akan berat menanggung dosaku, ya karena kenakalanku tentunya. Aku tetap berperilaku baik
terhadap mereka, menyayangi mereka dengan sepenuh hati tanpa mereka ketahui bahwa ada hal berat yang sedang mereka pikul
karena ulahku. Bagaimana ya caranya agar mereka tidak menanggung semua
kesalahanku?! Sepertinya saya belum tau solusinya. Tapi aku akan mencoba
menuliskan hal berat yang membuatku nyesek akhir-akhir ini.
Di mata
orang-orang kemungkinan imejku adalah 'wanita baik, sholehah, tidak macam-macam,
dan hal baik lainnya', dalam hati 'Aamiin'.
Tapi mereka kemungkinan tidak tau ada kesalahan yang sepatutnya tidak mereka
contoh. Bukan aib ya, bukan hal vulgar juga. Sepertinya sulit menjelaskan who I am di depan kalian, but I'll try lewat tulisan ini.
Pernah beberapa
kali aku menyebarkan isu kebencian terhadap orang yang tak ku senangi, saat itu
rasa iri sangat besar di hatiku. Lalu aku berpikir untuk apa melakukan hal
tersebut, toh hasilnya sama saja, dia gak
kenapa-kenapa sedang aku kegelisahan karena dosaku. Minta maaf? Honestly, sampai sekarang belum, aku
malu, aku memohon kepada Rabb-ku untuk
memberikan hidayah kepadaku.
Aku juga
terkadang membandingkan diriku
dengan orang lain, sampai terobsesi ingin lebih baik dari orang tersebut untuk
menarik perhatian 'dia'. Am I wrong?
Membandingkan diriku dengan orang lain yang bahkan aku tidak mengenalnya sama
sekali, merasa sakit hati kenapa dia lebih lebih lebih dari aku, dan ingin
menyainginya. Astaghfirullah. I can't be who I am, so sad kan ya. Sampai
akhirnya aku berpikir, semua hal tersebut adalah kesalahan. Aku tidak harus
lebih baik dari orang lain, tapi seharusnya menjadi baik untuk diriku sendiri
dan tentu untuk orang sekitarku. Aku terus belajar menyesuaikan hal terbaik di
diriku.
Aku pernah menyalahkan seseorang saat bertengkar terkait
'ini salahmu, bukan salahku', bersikeras bahwa pelaku kesalahan itu bukanlah
aku. Tapi apa yang ku dapat, aku dibenci dan disalahkan sepenuhnya,
hingga kata-kata kasar pun keluar dari jari-jariku. Sampai saat ini aku masih
berpikir, apakah sepenuhnya memang salahku?! Pernah sekali aku menangis kalau
tau hasilnya akan menjadi boomerang
buatku. Tapi aku kembali membuat hatiku tegar, mengikhlaskan semuanya jika
memang itu salahku. Semoga Allah merahmati kita semua, memberi pengampunan.
Melontarkan
kata-kata kasar. Aku bukan tipikal orang yang emosi dan langsung berkata kasar
kepada orang lain, mungkin saat itu adalah kejadian yang memposisikan diriku
sebagai tersangka utama. Merasa dimanfaatkan, mencoba menantang, namun yang
keluar justru kalimat kasar. Maklum saja posisinya adalah aku tak menerima
perlakuan buruk, tapi aku harus kuat dan mencari kepuasan lewat kata-kata
kasarku. Namun setelah itu yang terjadi, aku menyesal karena kelak aku akan
dikenal sebagai perempuan dengan perkataan tidak sopan. Saat ini aku hanya
berusaha berdamai dengan penyesalanku, menganggap semua itu tidak ada, dan
berusaha tegar jikalau suatu saat aku akan menerima balasan. Aku berharap
orang-orang yang pernah ku sakiti, akan memaafkanku dengan setulus hati
mereka. Semoga Allah memberikan rezeki
dan jalan-jalan kebaikan untuk mereka. Wallahu'alam.
Saat ini aku
sedang belajar agama, dengan mengikuti kajian dan bahkan aku juga mempunyai
kelompok belajar. Sudah hampir dua tahun namun aku merasa diriku masih nakal.
Aku selalu merasa bersemangat ketika mendengarkan majelis ilmu bahkan aku pun
menerapkan sedikit demi sedikit. Namun, ketika mulai goyah, aku pun jadi lemah,
butuh penguatan. Yang aku lakukan adalah terus belajar menjadi baik melalui Tarbiyah,
karena ini adalah kebutuhan.
Kadang aku dianggap pencitraan, hanya sebatas kata-kata dan lain sebagainya.
Tapi guruku berkata bahwa apabila kita belum merasa baik tapi terus haus akan
ilmu agama, itu artinya Allah masih menginginkan kebaikan dalam diri-diri kita.
Never stop learning đź’Ş
Memperingati diri sendiri bahwa orang lain yang ku
sakiti bisa saja mendoakanku dengan hal yang tidak baik (mungkin), aku
mengikhlaskan luka dalam yang sudah terlanjur aku sesali, berusaha melepaskan
hal yang ku anggap addicted melalui
sikap positive thinking, dan terus
belajar lebih baik lebih tegar dan lebih wise
terhadap masalah yang ada. Karena aku hidup bukan hanya mengejar dunia,
tapi ada hal yang harus aku pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Siapa yang
akan mengubahku? Mungkin keluargaku, teman, atau suamiku kelak. Aku ingin
kembali ke diriku terdahulu yang sangat kuat dan tidak mudah goyah. Hingga ku
anggap segala dosa-dosaku adalah sepenuhnya tanggung jawabku kini dan nanti,
tolong bantu aku :') đź’™