Sabtu, Oktober 26, 2019

Aku dan Kesalahanku adalah Tanggung Jawabku Kini dan Nanti


Bismillah.

Sudah lama rasanya tangan ini tidak bercuap-cuap dengan blog kesayangan, semoga belum berdebu. Kali ini lebih ke random sih ya. Ada hal yang membuat saya sesak di dada, apa lagi kalau bukan DOSA :') Well, bukan untuk mengukur seberapa berat dosa saya, seberapa sering melakukan dosa atau mengingat dosa selama ini, bukan! Ada baiknya ku sebut introspeksi diri.

Ada beberapa hal yang tentunya sengaja atau tidak bisa begitu menggoda untuk dilakukan, terlebih lagi pengendalian diri belum begitu maksimal. Bisa jadi Bapak dan adik cowok yang akan berat menanggung dosaku, ya karena kenakalanku tentunya. Aku tetap berperilaku baik terhadap mereka, menyayangi mereka dengan sepenuh hati tanpa mereka ketahui bahwa ada hal berat yang sedang mereka pikul karena ulahku. Bagaimana ya caranya agar mereka tidak menanggung semua kesalahanku?! Sepertinya saya belum tau solusinya. Tapi aku akan mencoba menuliskan hal berat yang membuatku nyesek akhir-akhir ini.

Di mata orang-orang kemungkinan imejku adalah 'wanita baik, sholehah, tidak macam-macam, dan hal baik lainnya', dalam hati 'Aamiin'. Tapi mereka kemungkinan tidak tau ada kesalahan yang sepatutnya tidak mereka contoh. Bukan aib ya, bukan hal vulgar juga. Sepertinya sulit menjelaskan who I am di depan kalian, but I'll try lewat tulisan ini.

Pernah beberapa kali aku menyebarkan isu kebencian terhadap orang yang tak ku senangi, saat itu rasa iri sangat besar di hatiku. Lalu aku berpikir untuk apa melakukan hal tersebut, toh hasilnya sama saja, dia gak kenapa-kenapa sedang aku kegelisahan karena dosaku. Minta maaf? Honestly, sampai sekarang belum, aku malu, aku memohon kepada Rabb-ku untuk memberikan hidayah kepadaku.

Aku juga terkadang membandingkan diriku dengan orang lain, sampai terobsesi ingin lebih baik dari orang tersebut untuk menarik perhatian 'dia'. Am I wrong? Membandingkan diriku dengan orang lain yang bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali, merasa sakit hati kenapa dia lebih lebih lebih dari aku, dan ingin menyainginya. Astaghfirullah. I can't be who I am, so sad kan ya. Sampai akhirnya aku berpikir, semua hal tersebut adalah kesalahan. Aku tidak harus lebih baik dari orang lain, tapi seharusnya menjadi baik untuk diriku sendiri dan tentu untuk orang sekitarku. Aku terus belajar menyesuaikan hal terbaik di diriku.

Aku pernah menyalahkan seseorang saat bertengkar terkait 'ini salahmu, bukan salahku', bersikeras bahwa pelaku kesalahan itu bukanlah aku. Tapi apa yang ku dapat, aku dibenci dan disalahkan sepenuhnya, hingga kata-kata kasar pun keluar dari jari-jariku. Sampai saat ini aku masih berpikir, apakah sepenuhnya memang salahku?! Pernah sekali aku menangis kalau tau hasilnya akan menjadi boomerang buatku. Tapi aku kembali membuat hatiku tegar, mengikhlaskan semuanya jika memang itu salahku. Semoga Allah merahmati kita semua, memberi pengampunan.

Melontarkan kata-kata kasar. Aku bukan tipikal orang yang emosi dan langsung berkata kasar kepada orang lain, mungkin saat itu adalah kejadian yang memposisikan diriku sebagai tersangka utama. Merasa dimanfaatkan, mencoba menantang, namun yang keluar justru kalimat kasar. Maklum saja posisinya adalah aku tak menerima perlakuan buruk, tapi aku harus kuat dan mencari kepuasan lewat kata-kata kasarku. Namun setelah itu yang terjadi, aku menyesal karena kelak aku akan dikenal sebagai perempuan dengan perkataan tidak sopan. Saat ini aku hanya berusaha berdamai dengan penyesalanku, menganggap semua itu tidak ada, dan berusaha tegar jikalau suatu saat aku akan menerima balasan. Aku berharap orang-orang yang pernah ku sakiti, akan memaafkanku dengan setulus hati mereka.  Semoga Allah memberikan rezeki dan jalan-jalan kebaikan untuk mereka. Wallahu'alam.

Saat ini aku sedang belajar agama, dengan mengikuti kajian dan bahkan aku juga mempunyai kelompok belajar. Sudah hampir dua tahun namun aku merasa diriku masih nakal. Aku selalu merasa bersemangat ketika mendengarkan majelis ilmu bahkan aku pun menerapkan sedikit demi sedikit. Namun, ketika mulai goyah, aku pun jadi lemah, butuh penguatan. Yang aku lakukan adalah terus belajar menjadi baik melalui Tarbiyah, karena ini adalah kebutuhan. Kadang aku dianggap pencitraan, hanya sebatas kata-kata dan lain sebagainya. Tapi guruku berkata bahwa apabila kita belum merasa baik tapi terus haus akan ilmu agama, itu artinya Allah masih menginginkan kebaikan dalam diri-diri kita. Never stop learning đź’Ş

Memperingati diri sendiri bahwa orang lain yang ku sakiti bisa saja mendoakanku dengan hal yang tidak baik (mungkin), aku mengikhlaskan luka dalam yang sudah terlanjur aku sesali, berusaha melepaskan hal yang ku anggap addicted melalui sikap positive thinking, dan terus belajar lebih baik lebih tegar dan lebih wise terhadap masalah yang ada. Karena aku hidup bukan hanya mengejar dunia, tapi ada hal yang harus aku pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Siapa yang akan mengubahku? Mungkin keluargaku, teman, atau suamiku kelak. Aku ingin kembali ke diriku terdahulu yang sangat kuat dan tidak mudah goyah. Hingga ku anggap segala dosa-dosaku adalah sepenuhnya tanggung jawabku kini dan nanti, tolong bantu aku :') đź’™

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© WAFER | Blogger Template by Enny Law