Bismillah....
Di sebuah
perkampungan yang tak jauh dari pusat kota, telah lahir anak kedua dari
pasangan suami istri pada bulan Ramadhan. Sembari menunggu proses kelahiran,
Bapak anak tersebut sedang sibuk belajar untuk mengikuti sebuah ujian. Bayi itu
menerima gendongan pertama yang mengagetkan kedua orang tuanya, karena saat itu
ia lahir dengan kondisi penuh rambut dan penuh tangis. Hari ini bayi tersebut
telah berumur 25 tahun, 12 Februari. Banyak yang telah dilewati dalam
kehidupannya: bahagia, sedih, susah, nano-nano
kalau kata orang-orang. Anak itu adalah aku, Fera.
Nama Fera
berasal dari bulan FEbruari dan RAmadhan, selebihnya itu ditambah gelar
bangsawan dari orang tua dan nama kampung. Nama yang diberikan oleh Bapakku
dengan penuh pertimbangan, berharap aku tumbuh dan menjadi anak yang berguna
bagi keluarga dan masyarakat. Hmm
random saja ya ceritaku. Aku
menghabiskan masa kecilku di kampung tempat lahirku yang tak jauh dari Kota.
Namun, setelah adikku lahir, Bapak memutuskan untuk hijrah ke Kota. Alhasil, 3
orang anaknya lahir di kampung dan 3 orang anaknya lagi lahir di Kota. Saat itu
aku masih ingat, aku termasuk anak yang menggemaskan karena badanku tumbuh
subur, mataku terlihat sipit hingga dikatakan mirip orang Cina (kok sekarang malah gede banget ya mataku?!), dan aku juga terlihat seperti anak
laki-laki karena berambut
pendek.
Awal tinggal
di Raha, kondisi rumahku sangat sederhana, mungkin kalian bisa bayangkan rumah
papan dan panggung, dengan halaman yang sangat luas dipenuhi berbagai tanaman.
Di sinilah arenaku bermain, berlari ke sana ke mari, bebas makan buah apa saja,
bisa memanjat sana-sini, ada jungkat-jungkit juga ada beberapa ayunan yang
dibuat khusus oleh Bapakku. Perlahan-lahan Bapak mulai membangun rumah baru
yang luas dan bertingkat, beberapa pohon ditebang dan halaman semakin sempit.
Setiap saat aku bertemu dengan tukang yang bekerja di rumah, mereka bercanda
denganku juga saudara-saudaraku. Tidak jarang aku membantu para tukang walaupun
hanya mengangkat batu kecil dan menghambur peralatan mereka karena aku selalu
bertanya nama masing-masing alat tersebut.
Dimulai dengan Taman Kanak-kanak (TK) di Raha, aku
mengikuti jejak kakakku untuk bersekolah di TK yang tak jauh dari rumah. Setiap
pagi aku diantar oleh Bapak, dengan jalan kaki atau digendong. Membawa bekal
yang disiapkan Mama, membawa peralatan gambar dan alat tulis. Setiap pulang TK,
aku selalu mengumpulkan gambar hasil karyaku di suatu tempat. Mulai dari TK
pula aku belajar menabung, selain menabung di sekolah, aku pun punya tabungan
sendiri yang ku simpan di kamar Mama. Rasanya menyenangkan bisa menabung
seperti ini. Alhamdulillah kebiasaan ini masih berlangsung hingga
sekarangsekarang, tapi tabungannya bukan di kamar Mama lagi ya hehe.
Saat di
sekolah dasar (SD) , aku termasuk anak yang berprestasi Alhamdulillah. Banyak
hal menarik di SD, mulai dari hobiku yang suka senam jasmani (ikut jejak
Bapak), berteman dengan laki-laki, bermusuhan di mana-mana, hingga berkelahi
dengan teman. Sekarang? Tenang saja, aku adalah wanita yang kalem dan tidak
suka berbuat kegaduhan. Aku juga suka mengoleksi beberapa barang saat SD
misalnya parfum Disney yang harganya
murahan kok, mengoleksi binder, juga
mengoleksi lirik lagu (aku rajin menulis lirik-lirik lagu yang ku dengarkan
sendiri lewat radio atau televisi), mulai mengoleksi perhiasan rambut, tetapi
aku tidak mengoleksi pakaian karena aku belum tahu perkembangan jadi pakai
sesuai yang dibelikan Mama atau Bapak. Dari SD juga aku sudah mulai membeli
barang sendiri, saat itu pertama kali membeli lemari plastik yang harga 250K
dari hasil menabung, karena aku sudah diberikan kamar baru.
Di awal SMP,
aku kehilangan seseorang yang aku sayangi, beliau adalah Nenek dari Bapak.
Nenek yang menemani kami dari anak pertama hingga terakhir, Alhamdulillah.
Beliau sakit stroke saat aku masih kelas 6 SD. Fera sayang sama Nenek dan
selalu berdoa buat Nenek. Semoga Almarhumah selalu mendapat kebaikan di sisi
Allah, aamiin. Pada masa SMP ini, aku mulai memakai handphone bekas kakakku karena dia sudah punya yang lebih baru. Tapi
seiring berjalannya waktu, aku mulai beli handphone
baru yang lebih bagus dengan menggunakan yang tabunganku sendiri, kalau gak salah
harganya 1,8 jutaan, Nokia Express
Music hehe. Saat itu juga aku membeli spring
bed baru dengan menggunakan uangku sendiri, harganya 1 jutaan.
Alhamdulillah ya. Kelas 2 SMP, aku
mulai mengenal pacaran, berpacaran dengan kakak kelas yang aku kejar selama
beberapa bulan (dengan cara halus, mungkin sampai sekarang dia gak tau pengorbananku). Iyap, sejak 2008 kami mulai berpacaran,
inilah pacar pertamaku yang langsung ku kenalkan ke orang tuaku dan ternyata
orang tuaku senang mengenalnya. Hubungan yang langgeng hingga aku mulai bekerja
di Kendari, 9 tahun lamanya. Tentu ada lika-liku saat berpacaran, apalagi
dengan usia masih muda di 2008.
Memasuki masa
SMA, aku masih berhubungan dengan pacarku dulu. Dia sangat baik padaku,
mengantarku pulang kadang-kadang sih. Tidak jarang juga aku bermain nakal di
belakangnya dengan mendekati laki-laki lain walaupun hanya bercanda. Aku mulai
mengenal organisasi di SMA, menjadi anggota OSIS, beberapa kali mengikuti kegiatan dan kepanitiaan, seru
rasanya. Hubungan LDR (Long
Distance Relationship) dengan pacarku dulu juga terjadi saat aku
masih SMA, aku di Raha dan dia di Makassar, sedih juga sih. Walaupun di Raha jarang bertemu tapi kondisi saat LDR juga
sangat berbeda, rasanya jauh sekali. Tapi aku punya pelampiasan lain, karena
aku juga berteman dengan beberapa laki-laki, entah itu teman kelas atau teman
di OSIS, jadi aku tidak kesepian untuk sekedar mengisi hari-hariku. Aku pun
punya sahabat yang setia bersamaku, mulai dari kerja tugas bersama, ghibah sampai jalan bersama, tapi saat
ini kami semua sudah saling berjauhan juga tetap berkomunikasi dan saling
mendoakan tentunya. Di tahun terakhir SMA, kami dibuat galau dengan pemilihan
universitas. Dan saat itu aku memilih Universitas Hasanuddin sembari melakukan
tes online di Telkom University. Alhasil aku lulus di kedua Universitas
tersebut. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya aku memilih melanjutkan kuliah
di Telkom University, ya di Bandung.
Merasakan
dunia perkuliahan dan jauh dengan orang tua menjadikanku lebih kuat dan
mandiri. Belajar merasakan LDR dengan
keluarga, Raha-Bandung. Mempersiapkan kebutuhan untuk perkuliahan, banyak banget dan riweuh. Aku membeli laptop dengan menggunakan uang sendiri saat
awal kuliah, harganya 4 jutaan dan juga membeli smartphone baru.
Alhamdulillah masih bisa membeli dari hasil tabungan. Aku menjalani perkuliahan
dengan baik, ikut di berbagai organisasi, kegiatan-kegiatan, dan berbagai hal
yang bermanfaat. Aku juga sibuk mencari uang jajan sendiri, dengan berjualan
tiket pesawat, dengan mempromosikan usaha sablon seniorku, dengan menjual
makanan dan lain sebagainya. Ada beberapa kegiatan kampus yang menambah uang
jajanku sehari-hari Alhamdulillah. Saat itu aku masih menjalani LDR, dan aku bahkan lupa kalau aku
sedang menjalani hubungan berpacaran hehe
lucu ya. Alhamdulillah, aku lulus
dengan predikat yang baik (cumlaude)
dengan IPK yang baik dan bisa membanggakan Mama dan Bapak saat menghadiri
wisudaku. Mereka sempat kaget, begitu banyak pemberian hadiah dari
teman-temanku, dan tentunya kedua orang tuaku turut bahagia.
Sebelum
wisuda, aku sudah diterima kerja di salah satu perusahaan swasta di bidang finance. Bisa di bilang aku belum minat
di pekerjaan tersebut. Selama kurang lebih
4 bulan bekerja di sana, aku mulai pindah kerja di salah satu bank
swasta. Tapi selama bekerja di Bandung, aku selalu sakit, hampir setiap bulan
aku harus injeksi dan konsumsi obat. Terlebih lagi tersisa aku sendirian di
Bandung, teman-teman seperjuanganku sudah kembali ke Raha. Jika dibandingkan
saat kuliah, kerja lebih melelahkan. Akhirnya aku meminta bantuan kakakku untuk
mencarikan pekerjaan di Kendari. Alhamdulillah, aku bisa mengikuti tes dan aku
lulus untuk bekerja di Kendari. Hijrah ke Kendari menjadikan ku lebih bahagia,
karena di sini banyak sisters yang
menemani. Bahkan aku jarang sakit, dan paling hanya sesekali kelelahan. Aku
mengalami patah hati dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan pacaran, setelah
bertahun-tahun menjalani masa pacaran. Tetapi kami harus putus dan
Alhamdulillah masih bisa berkomunikasi dengan baik, dia tetap baik padaku.
Selain
bekerja, aku juga mulai mengikuti Tarbiyah. Alhamdulillah di sini aku merasa
nyaman dan mendapatkan ilmu yang tiada henti. InsyaAllah akan aku jalani terus
menerus. Semenjak putus, aku mulai dekat dengan beberapa orang. Tapi masih ku
anggap sebagai teman biasa. Walaupun
hanya berteman, aku terkadang merasa baper dan merasa sakit hati. Hingga
akhirnya ada seseorang yang membuat hatiku patah, dan aku hampir menyerah
dengan kondisi yang tak baik ini. Saat ini juga aku masih menjalani self healing untuk mengobati segala rasa
sakit, baik raga maupun hati dan pikiran. Alhamdulillah hingga sekarang masih
merasakan kesendirian yang semoga bisa dipertemukan dengan seseorang yang
benar-benar tulus mencintai dan menyayangiku karena Allah SWT.
Di usia yang
memasuki quarter life crisis ini, aku
berharap akan semakin banyak yang mengenalku dari kebaikan yang aku bagi, bukan
dari kesalahan yang pernah ku lakukan. Jika di hari-hari kemarin belum terlalu
kuat, maka mulai saat ini berusahalah untuk tetap kuat di atas kaki sendiri.
Terus mengejar ilmu agama sebagai bekal, dan terus beristighfar karena telah
banyak kesalahan yang ku lakukan di hari-hari kemarin. Selalu berikhtiar bahwa
segala sesuatu yang akan kita raih tentunya harus dengan usaha yang besar. Aku
pun tak lupa meminta maaf kepada semua orang yang pernah aku sakiti, dan
InsyaAllah sudah memaafkan yang menyakitiku. Laa tahzan innallaha ma'ana, and keep hamasah💕
Welcome 25🎉
![]() |
Hello 25 :') |