Baru kali ini aku ingin share tentang pertemanan sehat, bukan kayak film Friend with benefits ya, oh no amit-amit ya Allah. Ini tentang pertemanan dengan seorang lelaki yang notabene dia sudah seperti sahabat: sometimes bisa dijadikan teman curhat (yang masih batas wajar ya, you know lah cewek ada batasan kalau ngomong ke laki-laki, ya kan?!); sometimes we spent our time for short holiday misal sehari ke tempat wisata mana buat sekedar ngobrol masalah kehidupan, tapi ga berdua, berbanyak; sometimes dia juga cerita tentang kisah cintanya yang ga jelas banget; dan banyak lagi yang saling kami share.
Oiya sampai lupa kenalkan namanya, he's Andika, biasa ku panggil Andi. Andi adalah sosok yang periang, kocak dan sometimes menyebalkan. Berawal dari rekan kerja yang saling tak tegur sapa, mungkin karena malu-malu atau memang dulu dia masih baru. Lalu, kami saling menyapa karena masih satu lingkup kegiatan kerja. Ada sebuah chat dari Andi, seru sih, dan akhirnya meminta nomor handphone. Wah, bahaya nih, bisa jadi modus gitu ya kan?! Ku beri lah dan berlanjut di chat Whatsapp, seru banget anaknya. Ku pikir dia gak punya pacar (aku ga berharap juga), eh ternyata dia punya dong. Chat kami gak berhenti karena dia punya pacar, kami tetap berteman seperti biasa. Gak jarang Andi bercerita tentang kisah cintanya, ya sebisanya aku jadi pendengar dan pemberi solusi atau masukan untuk hubungannya. Hingga berganti pasangan pun Andi masih curhat. Wah seru~.
Tidak beda jauh curhatan kami, aku pun kadang berbagi cerita ke Andi. Biasa kami makan bersama hanya untuk bercerita, saling menghibur dan saling bercanda. Kisahku yang seperti apa, dia pun ikut tahu. Sepertinya saya cocok ngobrol bersamanya. Namun, tidak semua pertemanan bisa sehat, pernah sekali aku membuatnya tersinggung dengan omonganku. Dia terlihat kecewa dan marah, bahkan tidak menegurku untuk beberapa waktu. Karena sudah sangat cuek, dan maafku tidak diindahkan, akhirnya aku menyerah dan berharap dia bisa mau berbicara kepadaku lagi. Tidak lama kemudian, Andi meminta maaf karena tidak menegurku beberapa hari, dan kami saling introspeksi diri. Saling bersepakat untuk saling membully dalam hal baik (memangnya ada?), ya setidaknya tidak melukai perasaan satu sama lain.
Rekan kami di kantor tidak mengetahui kedekatan kami sebagai sahabat, mereka melihat kami sebagai teman biasa. Mereka tidak tahu kalau kami saling berbagi cerita atau sekedar makan bersama, hingga saling berbagi ilmu karena saat ini sama-sama sedang mencari ilmu agama. Hal ini akan kami pertahankan hingga tidak ada yang curiga. Yang perlu diketahui bahwa Tiara dan Andi bukanlah jenis persahabatan yang membawa atau menjurus pada hal yang menyangkut perasaan. Kami saling mendukung, saling bercanda, saling mengejek, dan lain sebagainya. Entah sampai di mana persahabatan kami berujung, semoga sampai nanti akan tetap baik. Aku sudah ultimatum ke Andi bahwa hingga diriku sudah berkeluarga, atau dia yang berkeluarga, hubungan persahabatan ini akan tetap terjalin. Baru kali ini merasa nyaman dengan pertemanan dengan laki-laki, even masih sama-sama childish. Oke!
We have friendship! |
I think sampai sini ya ceritaku, kalau sempat kita akan bercerita lagi tentang hari ini atau merencanakan hari esok yang lebih baik. Semoga ada pembelajaran dari cerita ini, see you guys. I love you all đź’™
Tidak ada komentar:
Posting Komentar