Selasa, Desember 31, 2019

Naik Marhalah Tarbiyah #HalaqohRafelina


  Bismillahđź’“


       Ada cerita lanjutan dari Tarbiyah di tahun 2018, kali ini tentang apa yang terjadi di tahun 2019. Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan, yang mungkin menurutku ini terkesan haru dan bahagia. Cerita itu diantaranya adalah naiknya tingkat ke Marhalah Ta'rif Tsani.


       Seperti pada hari biasanya, setiap ahad masih diisi dengan Tarbiyah dan kadang-kadang kami sempatkan untuk latihan Tahsin. Tahsin diajar oleh Kak Nova, dan Tarbiyah diajarkan oleh Murobbiyah kami 'Ummu Maryam'. Materi yang kami dapat juga telah tersusun rapi layaknya kurikulum pelajaran, ini yang aku suka dari Tarbiyah. Untuk materinya sendiri ada tiga pembahasan yaitu kajian utama, tazkiyatun nafs, dan hadits. Bagaimana isinya? Boleh ya tengok catatan kami, atau mau bergabung juga boleh, InsyaAllah aku bantu.



       Pada bulan Ramadhan, kami harus kehilangan salah satu anggota halaqoh kami, Mbak Ria. Beliau harus kembali bertugas di Jawa mengikuti suaminya. Yang ku ingat saat itu, hujan rintik-rintik, kami diundang untuk buka bersama di rumah dinasnya, di panti dinas sosial Lepo-Lepo. Tapi saat itu aku sedang tidak berpuasa, jadi ikut menikmati saja. By the way, makanan saat itu adalah buatan Mbak Ria loh. Karena teman-teman akan melaksanakan sholat Tarawih, kami tidak bisa berlama-lama di sana. Akhirnya kami hanya sharing sedikit tentang alasan pindahnya Mbak Ria dan diakhiri dengan foto bersama. We'll miss you, Mbak Ria.



       Di malam 10 terakhir Ramadhan, pastinya teman-teman sudah tahu keutamaannya. Yuph, beberapa dari kami telah janjian untuk melaksanaka Itikaf di Masjib Abu Bakar, depan gerbang utama Universitas Haluoleo. Saat itu yang ku temui adalah Kak Nuni dan Kak Dalli. Malam kedua Itikaf aku sempat menggigil di tengah lelapnya teman-teman akhwat yang sedang tidur di masjid tersebut. Kak Nuni memberiku minyak aroma terapi dan Alhamdulillah bisa sedikit mengurangi hingga melanjutkan aktivitas lainnya. Kalian harus tahu betapa berartinya Itikaf ini, tapi usahakan datangnya jangan malam ya, maksimal sebelum waktu berbuka puasa. Kerja? Bukan alasan untuk tidak Itikaf. Alhamdulillah bisa sejalan dengan kerjaan. Aku tak bisa full hingga malam terakhir Ramadhan, hanya 9 malam bisa mengikuti ini, alasannya aku harus pulang kampung. Well, semoga bisa bertemu di Ramadhan selanjutnya, Aamiin.



       Setelah melaksanakan lebaran Idul Fitri bersama keluarga, setiba di Kendari aku langsung menghubungi teman halaqoh untuk masiara (silatirahmi). Saat itu ke rumah Kak Yani: disuguhkan banyak kue dan minuman; dibuatkan bakso handmade original by Kak Yani; dan tentunya bertemu calon pengantin di sana, uhuy.... Selain itu, kami juga menyempatkan untuk berkunjung ke rumah Kak Wina, sekalian melihat debay soalnya Kak Wina kan habis melahirkan. MasyaAllah, tahun lalu kami berkunjung di sana saat Kak Wina masih singlelillah, sekarang sudah punya anak satu, hehe luv. Belum semua rumah teman halaqoh bisa aku kunjungi, soalnya masalah jarak dan kesempatan apalagi kan harus kembali bekerja.



       Salah satu teman kami menikah pada bulan September lalu, Kak Nuni dan suami (Kak Rigo). Ada yang baper tuh karena Kak Rigo melafalkan Surah Ar-Rohman di depan Kak Nuni, MasyaAllah ya. Anyway, di acara nikahan tersebut tidak menggunakan penyanyi panggung seperti acara biasanya, melainkan dengan nasyid, uh mau kayak begitu juga nantinya, semoga calonku mau ya (eh calon?!). Kami juga ikut berfoto bersama teman halaqoh, emm Kak Nuni sepertinya terlihat tegang, mungkin tidak biasanya ku lihat dia make up se-wah itu. Bahagia till Jannah ya Kak Nuni dan suami, doakan kami yang masih single biar bisa taken hehe.


       Dan tibalah saatnya di akhir Desember 2019, kami diumumkan bahwa akan naik tingkat (Marhalah) dari Ta'rif Awal ke Ta'rif Tsani.  Pertengahan Desember, kami Dauroh di SD Wahdah selama dua hari. Materinya MasyaAllah, tentang Manhaj, Ukhuwah, dan materi lainnya. Pada hari kedua, kami menggunakan seragam persatuan (gamis dan khimar). Awalnya kami mengira akan berpisah (terpencar di halaqoh baru), ternyata tidak sama sekali, kami masih bersama dengan tambahan anggota baru. Hal yang menyedihkan adalah kami terpisah dari Murobbiyah kami, Ummu Maryam. Beliau adalah sosok yang dengan sabar mengajarkan kami ilmu agama, guru terbaik yang pernah aku dapatkan, sosok yang cerdas MasyaAllah dan juga seorang yang sederhana. Kurang lebih dua tahun aku menjadi Mutorobbi beliau, sedih jika harus berpisah namun seperti itulah keadaannya saat ini. Jazakillah Ummu Maryam, maafkan jika kami masih nakal, masih banyak salah, masih suka lupa berjamaah, masih belum punya hafalan yang baik, belum punya catatan yang rapi, dan belum punya akhlak yang baik. Saat ini, Murobbiyah kami yang baru adalah Ummu Farhan, yang pada bulan Januari akan mengajarkan kami tentang ilmu agama. Let's see bagaimana belajar dengan beliau. Ta'rif Tsani, Halaqoh Rafelina are readyyyyy! Bismillah.


Perpisahan Mbak Ria
Itikaf di Masjid Abu Bakar
Silaturahmi Idul Fitri di rumah Kak Yani
Silaturahmi sambil jenguk Dabay Kak Wina
Nikahan Kak Nuni & Kak Rigo
Dauroh Ta'rif


       Sekian dulu ya cerita tentang Tarbiyah dan naik Marhalah, jangan berhenti mencari ilmu dan mengamalkan ilmu agama. Tarbiyah Sampai Matiđź’•


Senin, Desember 30, 2019

Tarbiyah dan Bertemu Halaqoh Rafelina


Bismillah. Memulai tulisan ini dengan mengingatkan kembali tentang keutamaan menuntut ilmu dalam Islam. Kita tentu pernah atau bahkan sering membaca atau mendengar beberapa hadits tentang menuntut ilmu. Salah satunya adalah ‘Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Muslim)’. Dan masih ada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits lainnya yang menjelaskan tentang pentingnya menuntut ilmu agama. Kali ini aku akan menceritakan perjalanan mengikuti Tarbiyah di Wahdah Islamiyah Kendari.


Apa sih Tarbiyah itu? Tarbiyah merupakan wadah menuntut ilmu agama sesuai dengan marhalah (tingkatannya). Terdapat kurikulum yang disusun di dalamnya, yang mengetahuinya tentu para pengajar kami (Murobbi/Murobbiyah). Awalnya aku pun kurang paham tentang sistem tarbiyah ini. Istilah ini memang tidak asing di telingaku sejak kakakku rutin mengikutinya kala ia masih di bangku perkuliahan. Bahkan saat aku kuliah di Bandung, kakakku menyarankan untuk ikut tarbiyah yang ada di daerah Bandung tapi saat itu aku belum minat. Alasannya ya karena aku masih punya a lot of activities di kampus (dunia oh dunia).


Tahun 2017 di akhir bulan September, aku pindah dari Bandung ke Kendari untuk bekerja di sini. Sering kali aku mendengar kakak dan adikku  pamit untuk pergi tarbiyah, aku selalu menyibukkan diri di kamar dan menghabiskan waktu dengan laptop dan kerjaan yang masih status adaptasi. Tidak jarang pula aku membawa pulang berkas-berkas yang belum ku pahami seutuhnya, ya namanya baru kerja kan pasti ada hal baru yang perlu ku pelajari. Dan saat itu aku masih berpacaran dengan mantanku, aku pikir belum pantas mengikuti tarbiyah jika diriku sendiri masih berpacaran. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku karena beberapa hal, dan saat itulah aku merasa sedih dan patah hati. Aku bingung mau melampiaskan ke mana, terus berdoa agar aku melupakan segala hal tentangnya.


Pada akhir tahun 2017, tiba-tiba hatiku terketuk untuk mengenal tarbiyah dan niatku ini ku sampaikan ke kakakku. Dengan semangat kakakku mencarikan guru dan kelompok (halaqoh) yang bisa ku sesuaikan dengan jadwal weekend. Alhamdulillah ada jadwal yang tepat yaitu setiap ahad siang. Aku pun bingung apa yang harus ku persiapkan untuk mengikuti hari pertama tarbiyah. Kakak menyarankan membawa buku, Al-Qur'an, buku hadits (Kitabul Jami') dan buku Dirosa (buku latihan membaca Al-Qur'an). Saat mengikuti tarbiyah pertama, ahad siang sekitar jam 2, aku menggunakan pakaian yang biasa ku pakai saat ke kantor, masih dengan ukuran alis dan lisptik serta sedikit blush on. Nah, sebelum aku ke tarbiyah tentunya aku mengirimkan pesan via SMS ke Murrobbiyah-ku untuk memperkenalkan diri. Terkagetlah aku setelah melihat halaqoh tersebut yang dihadiri sekitar 10 orang wanita yang menggunakan gamis dan jilbab besar, juga ku lihat guruku saat itu memakai cadar. Tarbiyah tersebut dilaksanakan di masjid di BTN Rafelina yang saat itu masih direnovasi (hingga sekarang masih dalam tahap renovasi). Oiyaa nama Murrobbiyah-ku adalah Ummu Maryam (Kak Darma), beliau menyambutku dengan hangat dan bertanya padaku 'Adiknya Chily?', langsung ku jawab 'Iya'. Jujur saja saat itu aku merasa minder dengan pakaian dan riasanku yang ku anggap berlebihan untuk seseorang yang sedang menuntut ilmu agama. Di halaqoh tersebut (yang belum bernama saat itu), aku mulai berkenalan walaupun masih lupa-lupa-ingat. Ternyata mereka datang dari berbagai profesi bahkan ada yang dari kalangan mahasiswi juga. Aku pun menyesuaikan diri untuk belajar, mulai dari belajar membaca Al-Qur'an melalui buku Dirosa hingga ada penjelasan mengenai Surah oleh Murrobbiyah.


Saat pulang ke kamar, aku mulai banyak berpikir untuk memperbaiki penampilanku, aku buka Shopee untuk memesan gamis dan jilbab syar'i. Beberapa lama setelah itu, aku mulai mengubah jilbabku yang awalnya berukuran 115×115 cm menjadi 140×140 cm, rok yang lebih lebar, pakaian yang lebih longgar, hingga saat ke kantor pun aku tak lagi mengukir alisku dan berhenti memakai blush on. Rekan-rekan di kantor ada yang memberiku candaan bahwa aku berubah setelah putus dan patah hati. Tapi bagiku itu bukan masalah besar, ini hanya resiko dari perubahanku yang tak seberapa. Aku juga mulai menghapus foto-foto di media sosial yang memperlihatkan wajah, mengubah foto profil, dan lain-lain. Sedikit demi sedikit perubahanku diterima oleh rekan-rekan kantor, karena ini tidak begitu penting bagi mereka, bukan?!


Di hari-hari berikutnya, aku mulai menggunakan gamis saat tarbiyah, walaupun masih meminjam di saudariku yang pastinya mereka tidak keberatan. Yang aku rasakan saat memakai gamis adalah saat itu aku menjadi wanita special dan merasa bahagia juga timbul rasa bangga karena nyaman menggunakannya. Tapi kalau ke kantor, aku belum percaya diri menggunakan gamis, jadi pakai rok dan baju longgar tentunya hehe.


Lantas bagaimana dengan teman-teman tarbiyah? Aku mulai bergabung di grup halaqoh yang nama grupnya MasyaAllah 'Calon Ahli Surga', wah berat ya. Di grup tersebut kami mulai berkenalan, aku bahkan dengan semangat menyimpan kontak mereka satu per satu. Di situlah aku mengenal Kak Nuni, Kak Yani, Ummu Dinda/Kak Rini, Kak Sulis, Kak Only, Risna, Mbak Ria, Mbak Inna, Kak Wina dan lainnya. Kami sama-sama punya tujuan untuk mengenal agama lebih baik, mengenal ilmu dan berusaha mengamalkan ilmu yang didapat. Setelah beberapa bukan bergabung, aku mulai nyaman berada di halaqoh ini, mulai dari belajar tajwid, menghafal Surah-Surah hingga mengenal adab dalam Islam, MasyaAllah Islam mengajarkan kita dari hal kecil hingga hal besar agar semuanya bernilai pahala. Pada pertengahan tahun 2018 kami melaksanakan agenda Harber (hari bersama) di TPA Puuwatu, kawasan pembuangan sampah yang memiliki pemandangan indah. Kegiatan yang harusnya rutin dilaksanakan sekali dalam tiga bulan. Dari sinilah kami mulai berkenalan, mengetahui hobi, usia hingga pekerjaan dan hal-hal lainnya.


Seiring berjalannya waktu, teman-teman halaqoh sudah mulai dekat, bahkan ada yang saling curhat, termasuk aku hehe. Oiya, nama halaqoh kami adalah halaqoh Rafelina yang saat itu masih berada di marhalah (tingkatan) Ta'rif Awal. Aku bangga saat membagikan momen di media sosial jika bersama teman halaqoh, bukan bermaksud riya tapi berharap ada yang bisa ikut seperti kami juga tentunya. Beberapa event telah kami ikuti, misal saat dauroh, taklim, tarbiyah gabungan, hingga saat bulan Ramadhan kami mengikuti itikaf bersama. Di sela-sela perjalanan halaqoh, ada rekan lain yang ikut bergabung, misal Kak Mifta dan beberapa lainnya. Every ahad kami menikmati tarbiyah bukan untuk mengisi kekosongan waktu tetapi menganggap ini sebagai hal yang wajib. Jika satu pertemuan batal karena ada uzur, kami merasa ada yang kurang, tapi semua kondisi harus dimaklumi. Semoga Allah selalu memudahkan kita ber-tarbiyah.


Pada akhir 2018, kami melakukan hari bersama di rumah Ummu Maryam, sembari melaksanakan Ujian Munaqosyah (ujian Dirosa). Jujur saja saat itu aku turut mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, mulai dari latihan bacaan, tajwid, dan materi lainnya. Pagi ke siang, kami melakukan harber, ada games, bacaan siroh, masak bersama, ngeliwet hingga bertukaran kado. Sangat seru. Kemudian dilanjutkan dengan ujian, kami dikumpulkan dan menjalani ujian. Alhamdulillah saat pengumuman, aku dinobatkan sebagai peringkat ketiga, Kak Yani peringkat kedua, dan Kak Mifta di peringkat pertama. Tentu ini menjadi hal yang membahagiakan setelah mempelajari Dirosa selama hampir setahun. MasyaAllah.


Lalu setelah Munaqosyah di akhir tahun 2018, kami akan diwisuda, namanya adalah Tasyakuran Dirosa angkatan ke-4. Kegiatannya dilaksanakan di hotel Zahra pada awal tahun 2019. Saat melaksanakan gladi resik, aku sempat kaget kok ada kakakku di sana, emm ternyata dia menjadi MC. Keesokan harinya saat Tasyakuran Dirosa, dengan menggunakan outfit jilbab abu-abu dan gamis hitam, kami semua dikumpulkan, dari berbagai halaqoh. Ramai sekali saat itu, dan aku bahagia ada di tahap tersebut. Dengan terselesaikannya Wisuda Tasyakuran Dirosa Angkatan Ke-4, maka halaqoh kami telah memasuki masa baru yaitu melanjutkan ke Tahsin.

Awal mengikuti Tarbiyah
Hari Bersama di TPA Puuwatu
Tarbiyah Gabungan di Rumah Qur'an
Tarbiyah Gabungan di Kantor Depag Kendari
Di Nikahan Kak Only
Random Photo saat selesai Tarbiyah
Taklim di Hotel Srikandi
Membuat Kerajinan Tangan di Dinsos Kendari
Fera diminta mempresentasikan hasil kerajinan tangan hehe
Setelah Tarbiyah Gabungan di Hotel Liras
Hadiri Nikahan Kak Wina
Masiara (silaturahmi) setelah Idul Fitri
Ngeliwet - Hari Bersama
Setelah Ujian Munaqosyah
Gladi resik persiapan Wisuda Dirosa
Terbaik 1,2,3 Halaqoh Rafelina
Wisuda - Tasyakuran Dirosa Angkatan IV

Akan ada lanjutan cerita Tarbiyah selama Ta'rif Awal di tahun 2019. Nanti akan ku bagikan kepada teman-teman semua. Aku bersyukur punya teman-teman yang tidak pernah lelah menyemangati, walaupun aku masih belum baik, masih nakal dan lain sebagainya, aku berharap suatu saat akan menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan pernah berhenti menuntut ilmu agama, Tarbiyah Sampai Mati InsyaAllah. Jazakillah khairan đź’™

Rabu, Desember 25, 2019

Terima Kasih Telah Berniat Melamarku

Bismillah. Mau cerita sedikit nih tentang pengalaman yang menegangkan hati dan pikiran. Hmm mulai dari mana ya yang bagus. I think dari awal kenal sampai akhirnya ada niat melamar kali ya. Tapi jangan tegang dulu, peregangan sedikit boleh-lah hehe.


Saat ini aku bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan lingkungan yang mayoritas laki-laki. I mean ini bukan hal yang buruk kan?! Di awal bekerja, beberapa rekan berkenalan denganku, mulai dari menanyakan nomor Whatsapp sampai ada yang ajak jalan, euh! Dan ada seseorang yang diam-diam mengagumiku, yang bahkan aku gak menyadari bahwa dia ingin sekali berkenalan lebih jauh denganku. Sebut saja namanya Sam (samaran hehe). Sam adalah seseorang yang disegani di kantor (mungkin karena jabatannya yang lumayan tinggi), dan dia lebih muda setahun dariku, ups brondong.


Di awal kenal, aku menganggapnya hanya seorang rekan kerja, berkoordinasi dengannya tentang pekerjaan, walaupun jarang. Dia sangat welcome padaku, bahkan dia selalu menanyakan kabar, padahal kan terkadang dia mampir ke ruangan. Dan akhirnya kami discuss tentang apa saja, mulai dari pekerjaan, pertemanan hingga keluarga. As long as I know, dia termasuk orang yang 'kaku' dan too serious di chat, aslinya gak kaku amat, lebih ke ceria dan mudah bergaul. Tidak jarang saat aku meng-update story, dia memujiku dan menurutku itu berlebihan karena aku merasa tidak seperti yang dia utarakan. Sam juga sosok yang smart, buktinya dia turut membantuku menjawab soal-soal untuk tes di salah satu perusahaan BUMN, juga menyemangati dan mendoakanku agar aku bisa lulus. Walaupun akhirnya aku give up, hehe if you know what I mean (gagal melulu, alias belum rejeki di sana).


Dia pernah beberapa kali mengajakku bertemu di luar kantor, mungkin untuk sekedar makan siang, makan malam, nongkrong bahkan pernah diajak nonton bioskop. Tapi aku selalu menolaknya. Alasannya simple, aku gak mau memberikan harapan apa-apa padanya. Yang ku anggap kami hanya berteman, saling membantu dan menyemangati, tidak lebih dari itu. Hingga suatu saat dia ingin mengutarakan isi hatinya, saat itu yang ku ACC lewat chat (gak berani ketemu atau telepon). Dia menyatakan suka dan kagum padaku, bahkan mengajakku untuk lebih dekat. Wah bagaimana bisa aku menerimanya, sedangkan saat itu aku masih menjalin hubungan dengan orang lain (sekarang sudah jadi mantan). Aku langsung membacakan isi chat tersebut di depan Kakak dan Mamaku, mereka terkejut. Dan akhirnya yang membalas pesannya saat itu adalah kakakku, intinya aku belum siap untuk dekat dengannya.


Singkat cerita, dia mengutarakan perasaannya hingga tiga kali. Aku bingung harus berbuat apa. Dia selalu terkesan lebih 'jantan' dibanding orang lain yang dekat denganku, misalnya secara tiba-tiba dia datang ke pernikahan kakakku yang ku pikir sepertinya rekan kantor gak akan ada yang datang. Mama dan Bapakku pun sempat kaget, dan yang ku rasakan hanya kebingungan, what should I do?! Akhirnya ku perkenalkan dia ke teman-teman dan keluarga yang ada di pesta kakakku, dan ku bilang bahwa Sam adalah rekan kerjaku di Kendari. Sam bisa tahu rumahku karena sebelumnya dia pernah jalan-jalan ke Raha bersama temannya (momen lebaran Idul Fitri), dengan niat jalan-jalan ke tempat wisata, bukan karena ada perasaan padaku karena saat itu kami belum lama kenal.


Nah hingga sampailah dia datang secara 'surprise' ke rumahku (lagi) bersama keluarganya. Dan saat itu aku masih di Kendari. Bapak dan Mamaku menyambut dengan baik kedatangan mereka. Keluarga Sam mengatakan ingin menjadikan Sam dan aku untuk lebih dekat, ke jenjang yang bisa diikat (sejenis tunangan mungkin ya) dan berlanjut ke pernikahan. Mama dan Bapakku saat itu sangat terkejut, dan mereka meminta agar keputusan semua kambali kepada anaknya, bukan kedua orang tua. Akhirnya mereka pulang dengan hasil yang menggantung (diterima atau ditolak).


Aku berdiskusi dengan orang tuaku lewat handphone, yang ada aku menangis dan merasa bersalah kepada Sam. Aku menyesal selama ini menggantung perasaannya, harusnya aku bisa mengajaknya bertemu sebelum ia dan keluarganya jauh-jauh ke rumahku. Mama, Bapak, kakak dan adik-adikku menyerahkan keputusan padaku. Mereka menyatakan 'lepas' tanggung jawab dan inilah yang membuatku bingung hingga merasa bersedih. Cerita ini hanya diketahui oleh keluargaku, tidak tersebar di mana pun, aku kurang tahu kalau dari pihak Sam.


Saat aku kebingungan, tiba-tiba temanku yang sedang melanjutkan studi di STIBA Makassar menghubungi lewat pesan Whatsapp. Aku rasa dia adalah cewek yang tepat untuk diajak berdiskusi. Aku ceritakan secara singkat, dan sarannya sangat wow (kalau mau tahu, nanti boleh hubungi aku lewat direct message di media sosialku). Aku mulai mengikuti sarannya satu per satu. Almost sepekan berikhtiar, dan dapatkan jawaban yang final.


Tidak lama kemudian, Sam menghubungi lewat pesan Whatsapp, menunggu jawaban dariku. Aku pun mengajaknya bertemu di sebuah cafe milik temanku. Saat itu aku ditemani oleh adikku, dan kalian harus tahu bahwa sebelum bertemu dengannya, aku berlatih untuk menyusun kata-kata, lucu gak sih?! Sebenarnya malam itu fisikku kurang sehat karena seharian perjalanan ke pernikahan temanku di Ulupohara dan kondisi jalan yang kurang bagus. Saat bertemu Sam malam itu, aku terlihat lebih percaya diri, aku siap mengungkapkan jawabanku padanya. Dan hasilnya? Hanya permintaan maaf dariku untuknya. Aku tidak bisa menerima niat baiknya. Aku tahu dia sangat kecewa. Terlebih lagi aku telah mengecewakan keluarganya, aku sangat meminta maaf. Alhamdulillah Sam pun menerima keputusanku.

Semenjak malam itu, aku dan Sam sudah tidak menjalin komunikasi lagi. Barangkali dia menyimpan kekecewaan mendalam padaku. Sejujurnya aku masih ingin berteman baik, tapi sepertinya baginya ini menjadi hal yang sulit. Kami juga masih saling melihat di beberapa kegiatan kantor. Semoga Sam mendapatkan wanita yang lebih baik dan lebih sholehah.


Terima kasih buat teman-teman yang mampir membaca kisahku ini, aku berharap kalian bisa mengambil kebaikan dan membuang hal jelek dari ini semua. Tetaplah berbuat baik kepada siapa saja tanpa memberikan harapan lebih. Berharaplah bukan pada makhluk Allah tetapi utuh kepada Allah SWT. Semoga kebaikan terus datang kepada diri-diri kita. Spread love and good vibesđź’™ Wassalam
© WAFER | Blogger Template by Enny Law