Bismillah. Memulai tulisan ini dengan mengingatkan kembali
tentang keutamaan menuntut ilmu dalam Islam. Kita tentu pernah atau bahkan
sering membaca atau mendengar beberapa hadits tentang menuntut ilmu. Salah
satunya adalah ‘Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut
ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Muslim)’. Dan
masih ada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits lainnya yang menjelaskan tentang pentingnya
menuntut ilmu agama. Kali ini aku akan menceritakan perjalanan mengikuti
Tarbiyah di Wahdah Islamiyah Kendari.
Apa sih
Tarbiyah itu? Tarbiyah merupakan wadah menuntut ilmu agama sesuai dengan
marhalah (tingkatannya). Terdapat kurikulum yang disusun di dalamnya, yang
mengetahuinya tentu para pengajar kami (Murobbi/Murobbiyah).
Awalnya aku pun kurang paham tentang sistem tarbiyah ini. Istilah ini memang
tidak asing di telingaku sejak kakakku rutin mengikutinya kala ia masih di
bangku perkuliahan. Bahkan saat aku kuliah di Bandung, kakakku menyarankan
untuk ikut tarbiyah yang ada di daerah Bandung tapi saat itu aku belum minat.
Alasannya ya karena aku masih punya a lot of activities di kampus (dunia oh dunia).
Tahun 2017 di akhir bulan September, aku pindah
dari Bandung ke Kendari untuk bekerja di sini. Sering kali aku mendengar kakak
dan adikku pamit untuk pergi tarbiyah,
aku selalu menyibukkan diri di kamar dan menghabiskan waktu dengan laptop dan
kerjaan yang masih status adaptasi. Tidak jarang pula aku membawa pulang
berkas-berkas yang belum ku pahami seutuhnya, ya namanya baru kerja kan pasti ada hal baru yang perlu ku
pelajari. Dan saat itu aku masih berpacaran dengan mantanku, aku pikir belum
pantas mengikuti tarbiyah jika diriku sendiri masih berpacaran. Hingga akhirnya
aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku karena beberapa hal, dan saat itulah
aku merasa sedih dan patah hati. Aku bingung mau melampiaskan ke mana, terus
berdoa agar aku melupakan segala hal tentangnya.
Pada akhir tahun 2017, tiba-tiba hatiku terketuk
untuk mengenal tarbiyah dan niatku ini ku sampaikan ke kakakku. Dengan semangat
kakakku mencarikan guru dan kelompok (halaqoh)
yang bisa ku sesuaikan dengan jadwal weekend.
Alhamdulillah ada jadwal yang tepat yaitu setiap ahad siang. Aku pun bingung
apa yang harus ku persiapkan untuk mengikuti hari pertama tarbiyah. Kakak
menyarankan membawa buku, Al-Qur'an, buku hadits (Kitabul Jami') dan buku Dirosa
(buku latihan membaca Al-Qur'an). Saat mengikuti tarbiyah pertama, ahad siang sekitar jam 2, aku
menggunakan pakaian yang biasa ku pakai saat ke kantor, masih dengan ukuran
alis dan lisptik serta sedikit blush on.
Nah, sebelum aku ke tarbiyah tentunya
aku mengirimkan pesan via SMS ke Murrobbiyah-ku untuk memperkenalkan diri.
Terkagetlah aku setelah melihat halaqoh
tersebut yang dihadiri sekitar 10 orang wanita yang menggunakan gamis dan
jilbab besar, juga ku lihat guruku saat itu memakai cadar. Tarbiyah tersebut dilaksanakan
di masjid di BTN Rafelina yang saat itu masih direnovasi (hingga sekarang masih
dalam tahap renovasi). Oiyaa nama
Murrobbiyah-ku adalah Ummu Maryam (Kak Darma), beliau menyambutku dengan hangat
dan bertanya padaku 'Adiknya Chily?', langsung ku jawab 'Iya'. Jujur saja saat
itu aku merasa minder dengan pakaian dan riasanku yang ku anggap berlebihan
untuk seseorang yang sedang menuntut ilmu agama. Di halaqoh tersebut (yang belum bernama saat itu), aku mulai berkenalan
walaupun masih lupa-lupa-ingat. Ternyata mereka datang dari berbagai profesi
bahkan ada yang dari kalangan mahasiswi juga. Aku pun menyesuaikan diri untuk
belajar, mulai dari belajar membaca Al-Qur'an melalui buku Dirosa hingga ada
penjelasan mengenai Surah oleh Murrobbiyah.
Saat pulang ke kamar, aku mulai banyak berpikir
untuk memperbaiki penampilanku, aku buka Shopee
untuk memesan gamis dan jilbab syar'i.
Beberapa lama setelah itu, aku mulai mengubah jilbabku yang awalnya berukuran
115×115 cm menjadi 140×140 cm, rok yang lebih lebar, pakaian yang lebih
longgar, hingga saat ke kantor pun aku tak lagi mengukir alisku dan berhenti
memakai blush on. Rekan-rekan di
kantor ada yang memberiku candaan bahwa aku berubah setelah putus dan patah
hati. Tapi bagiku itu bukan masalah besar, ini hanya resiko dari perubahanku
yang tak seberapa. Aku juga mulai menghapus foto-foto di media sosial yang
memperlihatkan wajah, mengubah foto profil, dan lain-lain. Sedikit demi sedikit
perubahanku diterima oleh rekan-rekan kantor, karena ini tidak begitu penting
bagi mereka, bukan?!
Di hari-hari berikutnya, aku mulai menggunakan
gamis saat tarbiyah, walaupun masih meminjam di saudariku yang pastinya mereka
tidak keberatan. Yang aku rasakan saat memakai gamis adalah saat itu aku menjadi
wanita special dan merasa bahagia
juga timbul rasa bangga karena nyaman menggunakannya. Tapi kalau ke kantor, aku
belum percaya diri menggunakan gamis, jadi pakai rok dan baju longgar tentunya hehe.
Lantas bagaimana dengan teman-teman tarbiyah? Aku
mulai bergabung di grup halaqoh yang
nama grupnya MasyaAllah 'Calon Ahli Surga',
wah berat ya. Di grup tersebut kami mulai berkenalan, aku bahkan dengan
semangat menyimpan kontak mereka satu per satu. Di situlah aku mengenal Kak
Nuni, Kak Yani, Ummu Dinda/Kak Rini, Kak Sulis, Kak Only, Risna, Mbak Ria, Mbak
Inna, Kak Wina dan lainnya. Kami sama-sama punya tujuan untuk mengenal agama
lebih baik, mengenal ilmu dan berusaha mengamalkan ilmu yang didapat. Setelah
beberapa bukan bergabung, aku mulai nyaman berada di halaqoh ini, mulai dari belajar tajwid, menghafal Surah-Surah
hingga mengenal adab dalam Islam, MasyaAllah
Islam mengajarkan kita dari hal kecil hingga hal besar agar semuanya bernilai
pahala. Pada pertengahan tahun 2018 kami melaksanakan agenda Harber (hari bersama) di TPA Puuwatu,
kawasan pembuangan sampah yang memiliki pemandangan indah. Kegiatan yang
harusnya rutin dilaksanakan sekali dalam tiga bulan. Dari sinilah kami mulai
berkenalan, mengetahui hobi, usia hingga pekerjaan dan hal-hal lainnya.
Seiring berjalannya waktu, teman-teman halaqoh sudah mulai dekat, bahkan ada
yang saling curhat, termasuk aku hehe.
Oiya, nama halaqoh kami adalah halaqoh
Rafelina yang saat itu masih berada di marhalah
(tingkatan) Ta'rif Awal. Aku bangga
saat membagikan momen di media sosial jika bersama teman halaqoh, bukan bermaksud riya tapi berharap ada yang bisa ikut
seperti kami juga tentunya. Beberapa event
telah kami ikuti, misal saat dauroh, taklim, tarbiyah gabungan, hingga saat
bulan Ramadhan kami mengikuti itikaf
bersama. Di sela-sela perjalanan halaqoh,
ada rekan lain yang ikut bergabung, misal Kak Mifta dan beberapa lainnya. Every ahad kami menikmati tarbiyah bukan
untuk mengisi kekosongan waktu tetapi menganggap ini sebagai hal yang wajib.
Jika satu pertemuan batal karena ada uzur,
kami merasa ada yang kurang, tapi semua kondisi harus dimaklumi. Semoga Allah
selalu memudahkan kita ber-tarbiyah.
Pada akhir 2018, kami melakukan hari bersama di
rumah Ummu Maryam, sembari melaksanakan Ujian Munaqosyah (ujian Dirosa).
Jujur saja saat itu aku turut mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, mulai
dari latihan bacaan, tajwid, dan
materi lainnya. Pagi ke siang, kami melakukan harber, ada games, bacaan siroh,
masak bersama, ngeliwet hingga
bertukaran kado. Sangat seru. Kemudian dilanjutkan dengan ujian, kami
dikumpulkan dan menjalani ujian. Alhamdulillah
saat pengumuman, aku dinobatkan sebagai peringkat ketiga, Kak Yani peringkat kedua,
dan Kak Mifta di peringkat pertama. Tentu ini menjadi hal yang membahagiakan
setelah mempelajari Dirosa selama hampir setahun. MasyaAllah.
Lalu setelah Munaqosyah
di akhir tahun 2018, kami akan diwisuda, namanya adalah Tasyakuran Dirosa angkatan ke-4. Kegiatannya
dilaksanakan di hotel Zahra pada awal tahun 2019. Saat melaksanakan gladi
resik, aku sempat kaget kok ada
kakakku di sana, emm ternyata dia
menjadi MC. Keesokan harinya saat Tasyakuran
Dirosa, dengan menggunakan outfit
jilbab abu-abu dan gamis hitam, kami semua dikumpulkan, dari berbagai halaqoh. Ramai sekali saat itu, dan aku
bahagia ada di tahap tersebut. Dengan terselesaikannya Wisuda Tasyakuran Dirosa Angkatan Ke-4, maka halaqoh kami telah memasuki masa baru
yaitu melanjutkan ke Tahsin.
Akan ada lanjutan cerita Tarbiyah selama Ta'rif Awal di tahun 2019. Nanti akan ku
bagikan kepada teman-teman semua. Aku bersyukur punya teman-teman yang tidak
pernah lelah menyemangati, walaupun aku masih belum baik, masih nakal dan lain
sebagainya, aku berharap suatu saat akan menjadi pribadi yang lebih baik.
Jangan pernah berhenti menuntut ilmu agama, Tarbiyah Sampai Mati InsyaAllah. Jazakillah khairan đź’™
Tidak ada komentar:
Posting Komentar